Get your own Digital Clock

Rabu, 23 Maret 2011

Tulisan Bebas (Maret)

Ini merupakan salah satu lirik dari banyak lagu yang saya sukai

Song lyrics Taylor Swift - You Belong With Me :

You’re on the phone with your girlfriend, shes upset
Shes going off about something that you said
Cause she doesn’t get your humor like I do
I’m in my room, it’s a typical Tuesday night
I’m listening to the kind of music she doesn’t like
And she’ll never know your story like I do

But she wears short skirts, I wear T-shirts
She’s cheer captain and I’m on the bleachers
Dreaming about the day when you wake up
And find what you’re looking for has been here the whole time

If you could see that I’m the one who understands you
Been here all along so why can’t you see
You belong with me, you belong with me

Walkin’ the streets with you and your worn-out jeans
I can’t help thinking this is how it ought to be
Laughing on a park bench, thinking to myself
Hey isn’t this easy

And you’ve got a smile that could light up this whole town
I haven’t seen it in a while since she brought you down
You say you’re fine, I know you better then that
Hey whatcha doing with a girl like that

She wears high heels, I wear sneakers
Shes cheer captain and I’m on the bleachers
Dreaming about the day when you wake up and find
That what you’re looking for has been here the whole time

If you could see that I’m the one who understands you
Been here all along so why can’t you see
You belong with me
Standing by and waiting at your back door
All this time how could you not know baby
You belong with me, you belong with me

Oh, I remember you drivin’ to my house in the middle of the night
I’m the one who makes you laugh, when you know you’re ’bout to cry
And I know your favorite songs and you tell me ’bout your dreams
Think I know where you belong, think I know it’s with me

Can’t you see that I’m the one who understands you
Been here all along, so why can’t you see
You belong with me
Standing by and waiting at your back door
All this time How could you not know
Baby you belong with me, you belong with me
You belong with me
Have you ever thought just maybe you belong with me
You belong with me

Tugas Perekonomian Indonesia (Maret)

1. Geografis Indonesia
~> Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau (menurut data tahun 2004; lihat pula: jumlah pulau di Indonesia), sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni tetap, menyebar sekitar katulistiwa, memberikan cuaca tropis. Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana lebih dari setengah (65%) populasi Indonesia. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya dan rangkaian pulau-pulau ini disebut pula sebagai kepulauan Nusantara atau kepulauan Indonesia. LETAK GEOGRAFISNYA 6°LU - 11°08'LS dan dari 95°'BT - 141°45'BT

2. Mata Pencaharian
~> Mata pencaharian masyarakat indonesia mungkin bisa di bilang masih banyak yang menjadi petani, bisa di bilang sebagian besar juga.Tetapi pemerintah kurang berkonsentrasi tentang mata pencaharian masyarakat kita ini, padahal jika pemerintah turut membantu banyak dalam hal ini bukan tidak mungkin indonesia akan menjadi negara pengekspor beras terbesar di dunia.Coba sekarang kita tenggok, beras saja import apa-apa import, lantas dari mana hasil yang ada di indonesia ini? coba kita renungkan bersama-sama hehehehe

3. SDM
~> Kualitas sumber daya manusia masih menjadi persoalan utama dalam bidang pendidikan di Indonesia, baik di tingkat pendidikan tinggi maupun pendidikan dasar dan menengah. Dari sekitar 160.000 dosen yang ada di Indonesia, hampir 54 persennya masih belum S-2 dan S-3. Sementara guru, dari 2,7 juta guru, 1,5 juta di antaranya belum S-i.

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal Dewan Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Prof. Nizam yang ditemui seusai seminar pendidikan dalam rangka Education Festival yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Padjadjaran di Aula Unpad, Jln. Dipati Ukur Bandung, Kamis (11/2).

Menurut Nizam, pembenahan kualitas SDM ini memang bukan pekerjaan mudah. Waktu yang dibutuhkan juga tidak akan sebentar. "Banyak yang harus dibenahi, tetapi kita harus optimistis karena SDM adalah kunci utama. Kalau sistemnya bagus tetapi SDM-nya jelek percuma. Tetapi kalau SDM-nya bagus walaupun sistemnya kurang bagus bisa lebih baik," katanya.

Nizam menuturkan, harus diakui bahwa daya saing Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara lainnya di dunia bahkan di Asia Tenggara. Berdasarkan data dari Global Competitiveness Report di tahun 2008, Indonesia berada di peringkat 55 sementara di tahun 2005 di peringkat 69.

"Jauh di bawah Singapura, Malaysia, Cina, dan Thailand. Singapura berada di peringkat ke-5 sementara Malaysia di peringkat 21 di tahun 2008," ujarnya. Lebih lanjut Nizam menuturkan, pekerjaan rumah yang dihadapi pendidikan di Indonesia masih cukup besar. Dikti, menurut dia, tidak mungkin mengatur seluruh sistem dengan permasalahan yang kompleks dan besar tersebut.

"Perguruan tinggi juga harus sprint untuk mengejar ketinggalan secara terus-menerus serta fokus dalam pengembangan penelitian untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan membangun reputasi internasional," ungkapnya. I ak dorong mandiri Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, praktisi pendidikan yang juga pengajar di Fakultas Psikologi Unpad, Hatta Ml in nl mengatakan, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa kali terhadap anak didik, diperoleh kesimpulan, pendidikan di Indonesia tidak memberikan tempat untuk kemandirian serta kreativitas siswa. Metode yang digunakan selama ini hanya mengandalkan memori atau daya i-ngat siswa semata.

"Matematika hanya menghafalkan rumus, seharusnya memecahkan rumus. Bahasa hanya menghafalkan grammer, semestinya conversation. Akibatnya hampir tidak terlihat kegunaan dari pendidikan ini," katanya. Oleh karena itu, menurut dia, orientasi pendidikan harus segera diubah. Sebab pendidikan selama ini hanya mementingkan produk, bukan proses yang sebenarnya jauh lebih penting. "Kita sudah coba ubah salah satunya dengan Sistem Kredit Semester di perguruan tinggi, tetapi tetap kalah dengan kekuatan kolektivitas yang sudah ada. Apalagi dasar di pendidikan sebelumnya sudah tertanam pola itu. Itulah sebabnya sejak awal saya tidak setuju dengan penjurusan di SMA. Karena siswa yang seharusnya tidak naik kelas justru diarahkan ke sosial budaya. Mereka kemudian masuk di jurusan sosial perguruan tinggi. Jadilah mereka hakim, jaksa, dan pengacara sekarang ini," tuturnya. (A-157)***
sumber: http://bataviase.co.id/node/93934

4. Investasi
~> Beberapa hari belakangan kurs rupiah terhadap dollar menguat menyentuh level 8695-8700 rupiah per dollar AS. Kembali menguatnya nilai rupiah terhadap dollar tidak terlepas dari semakin membaiknya kinerja pasar modal dan beberapa faktor lainnya. Menurut saya ada beberapa faktor yang membuat menguatnya nilai rupiah. Berikut faktor-faktornya :

1. Membaiknya kinerja pasar modal Indonesia. Menguatnya IHSG Beberapa waktu belakangan menjanjikan return yang besar bagi para investor. Hal inilah yang menarik para Investor Asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini tentu saja meningkatkan permintaan akan mata uang rupiah yang berefek terhadap menguatnya kurs
2. Besarnya bunga Obligasi Negara. Penerbitan Surat Utang Negara berupa ORI 006 yang diterbitkan minggu-minggu ini mampu menarik minat investor asing untuk memiliki Obligasi Republik Indonesia. Tidak dapat dipungkiri besarnya bunga yang ditawarkan yaitu 9,35 % jauh lebih menggiurkan dibanding obligasi negara lain yang hanya menawarkan bunga bekisar antara 3-5 % saja. Hal ini sudah pasti membuat para investor asing memborong rupiah untuk ditukarkan dengan Surat Utang Negara
3. Rendahnya Inflasi. Turunnya angka inflasi dapat dipandang sebagai keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan harga-harga kebutuhan pokok. Hal ini mencerminkan Kondusifnya kondisi perekonomian Indonesia. Sudah Barang tentu kondusif atau tidaknya suatu negara berperan dalam permintaan valuta asing di dunia.

5. Struktur Produksi, dan Pendapatan
~> PENDAPATAN NASIONAL
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun.

SEJARAH

Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya(Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.

KONSEP

Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional
• Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.Pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara


• Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.


• Produk Nasional Neto (NNP)
Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.


• Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.


• Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).


• Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.
PERHITUNGAN
Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:


• Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.


• Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).


• Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X − M)


Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
g = tingkat pertumbuhan ekonomi PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB riil tahun kemarin
Contoh soal :
PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007 adalah = Rp. 420 triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 jika diasumsikan harga tahun dasarnya berada pada tahun 2007 ?
jawab :
g = {(467-420)/420}x100% = 11,19%

Manfaat
Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat lain, diantaranya untuk mengetahui dan menelaah struktur perekonomian nasional. Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya.
Disamping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah.

Faktor yang memengaruhi
• Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu.
Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran.


• Konsumsi dan tabungan
Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.


• Investasi
Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran agregat

6. Kemiskinan
~> Mari kita cermati kondisi masyarakat dewasa ini. Banyak dari mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Bahkan, hanya untuk mempertahankan hak-hak dasarnya serta bertahan hidup saja tidak mampu. Apalagi mengembangkan hidup yang terhormat dan bermartabat. Bapenas [2006] mendefinisikan hak-hak dasar sebagai terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik. Baik bagi perempuan maupun laki-laki.

Krisis ekonomi yang berkepanjangan menambah panjang deret persoalan yang membuat negeri ini semakin sulit keluar dari jeratan kemiskinan. Hal ini dapat kita buktikan dari tingginya tingkat putus sekolah dan buta huruf. Hingga 2006 saja jumlah penderita buta aksara di Jawa Barat misalnya mencapai jumlah 1.512.899. Dari jumlah itu 23 persen di antaranya berada dalam usia produktif antara 15-44 tahun. Belum lagi tingkat pengangguran yang meningkat "signifikan." Jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 di Indonesia sebanyak 12,7 juta orang. Ditambah lagi kasus gizi buruk yang tinggi, kelaparan/busung lapar, dan terakhir, masyarakat yang makan "Nasi Aking."

Di Nusa Tenggara Timur (NTT) 2000 kasus balita kekurangan gizi dan 206 anak di bawah lima tahun gizi buruk. Sedangkan di Bogor selama 2005 tercatat sebanyak 240 balita menderita gizi buruk dan 35 balita yang statusnya marasmus dan satu di antaranya positif busung lapar. Sementara di Jakarta Timur sebanyak 10.987 balita menderita kekurangan gizi. Dan, di Jakarta Utara menurut data Pembinaan Peran Serta Masyarakat Kesehatan Masyarakat [PPSM Kesmas] Jakut pada Desember 2005 kasus gizi buruk pada bayi sebanyak 1.079 kasus.

Selasa, 01 Maret 2011

Tugas Tulisan (februari)

-Kekayaan alam dan kemakmuran indonesia
Indonesia merupakan negara yang dipenuhi dengan kekayaan alam yang melimpah, lihat saja banyak orang luar yang berburu kekayaan alam yang melimpah di indonesia, tetapi apa yang dilakukan indonesia? indonesia membuang kesempatan emas untuk menjadi negara kaya di dunia, mengapa demikian? lihat saja berbagai SDA kita sebagian besar dikontrakkan kepada pengusaha dari luar negeri, padahal taukah anda jika kita sendiri yang mengolah itu maka negara kita pasti akan mendapatkan kekayaan yang melimpah dari hasil kekayaan alamnya.Tapi apa boleh buat mungkin pemikiran pemerintah berbeda soal ini, kita boleh menyumbangkan ide-ide kepada DPR tetapi ide kita pasti di pending atau bahkan bisa saja dijadikan isapan jempol belaka.

-Mata Pencaharian Masyarakat Indonesia Sekarang
Mata pencaharian masyarakat indonesia mungkin bisa di bilang masih banyak yang menjadi petani, bisa di bilang sebagian besar juga.Tetapi pemerintah kurang berkonsentrasi tentang mata pencaharian masyarakat kita ini, padahal jika pemerintah turut membantu banyak dalam hal ini bukan tidak mungkin indonesia akan menjadi negara pengekspor beras terbesar di dunia.Coba sekarang kita tenggok, beras saja import apa-apa import, lantas dari mana hasil yang ada di indonesia ini? coba kita renungkan bersama-sama hehehehe

-Kualitas SDM di indonesia
Kualitas sumber daya manusia masih menjadi persoalan utama dalam bidang pendidikan di Indonesia, baik di tingkat pendidikan tinggi maupun pendidikan dasar dan menengah. Dari sekitar 160.000 dosen yang ada di Indonesia, hampir 54 persennya masih belum S-2 dan S-3. Sementara guru, dari 2,7 juta guru, 1,5 juta di antaranya belum S-i.

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal Dewan Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Prof. Nizam yang ditemui seusai seminar pendidikan dalam rangka Education Festival yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Padjadjaran di Aula Unpad, Jln. Dipati Ukur Bandung, Kamis (11/2).

Menurut Nizam, pembenahan kualitas SDM ini memang bukan pekerjaan mudah. Waktu yang dibutuhkan juga tidak akan sebentar. "Banyak yang harus dibenahi, tetapi kita harus optimistis karena SDM adalah kunci utama. Kalau sistemnya bagus tetapi SDM-nya jelek percuma. Tetapi kalau SDM-nya bagus walaupun sistemnya kurang bagus bisa lebih baik," katanya.

Nizam menuturkan, harus diakui bahwa daya saing Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara lainnya di dunia bahkan di Asia Tenggara. Berdasarkan data dari Global Competitiveness Report di tahun 2008, Indonesia berada di peringkat 55 sementara di tahun 2005 di peringkat 69.

"Jauh di bawah Singapura, Malaysia, Cina, dan Thailand. Singapura berada di peringkat ke-5 sementara Malaysia di peringkat 21 di tahun 2008," ujarnya. Lebih lanjut Nizam menuturkan, pekerjaan rumah yang dihadapi pendidikan di Indonesia masih cukup besar. Dikti, menurut dia, tidak mungkin mengatur seluruh sistem dengan permasalahan yang kompleks dan besar tersebut.

"Perguruan tinggi juga harus sprint untuk mengejar ketinggalan secara terus-menerus serta fokus dalam pengembangan penelitian untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan membangun reputasi internasional," ungkapnya. I ak dorong mandiri Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, praktisi pendidikan yang juga pengajar di Fakultas Psikologi Unpad, Hatta Ml in nl mengatakan, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa kali terhadap anak didik, diperoleh kesimpulan, pendidikan di Indonesia tidak memberikan tempat untuk kemandirian serta kreativitas siswa. Metode yang digunakan selama ini hanya mengandalkan memori atau daya i-ngat siswa semata.

"Matematika hanya menghafalkan rumus, seharusnya memecahkan rumus. Bahasa hanya menghafalkan grammer, semestinya conversation. Akibatnya hampir tidak terlihat kegunaan dari pendidikan ini," katanya. Oleh karena itu, menurut dia, orientasi pendidikan harus segera diubah. Sebab pendidikan selama ini hanya mementingkan produk, bukan proses yang sebenarnya jauh lebih penting. "Kita sudah coba ubah salah satunya dengan Sistem Kredit Semester di perguruan tinggi, tetapi tetap kalah dengan kekuatan kolektivitas yang sudah ada. Apalagi dasar di pendidikan sebelumnya sudah tertanam pola itu. Itulah sebabnya sejak awal saya tidak setuju dengan penjurusan di SMA. Karena siswa yang seharusnya tidak naik kelas justru diarahkan ke sosial budaya. Mereka kemudian masuk di jurusan sosial perguruan tinggi. Jadilah mereka hakim, jaksa, dan pengacara sekarang ini," tuturnya. (A-157)***
sumber: http://bataviase.co.id/node/93934

Dampak Repelita

Repelita terdiri dari 4 periode, tetapi saya hanya menjelaskan periode dimana terjadinya REPELITA 1

REPELITA atau Rencana Pembangunan Lima Tahun adalah satuan perencanaan yang dibuat oleh pemerintah orde baru di Indonesia.

Periode 1969/1970- 1973/1974 Repelita I

Persoalan pokok yang dihadapi dalam periode ini adalah bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilita ekonomi yang telah dapat dicapai.Semuanya ini untuk meningkatkan pendapatan riil masyarakat dan memperluas kesempatan kerja bagi penduduk yang senantiasa meningkat. Dalam lingkup ini termasuk di dalamnya bagaimana meningkatkan pendapatan devisa , meningkatkan kemampuan untuk pembangunan ekonomi, mengubah struktur perekonomian agar tidak tergantung pada sektor pertanian, meningkatkan produksi nasional.

Untuk menghadapi persoalan pokok diatas pemerintah menyusun Rencana pembangunan Lima Tahun Pertama yang mencakup kurun waktu 1969/1970-1973/1974. Pedoman dan arah rencana ini adalah bertumpuan pada Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966. Dengan perkataan lain TAP MPRS tersebut dijadikan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang pertama. Periode ini dikenal sebagai periode ekspansi ekonomi.

Strategi dasar Repelita I diarahkan pada pencapaian stabilitas nasional (ekonomi dan politik) dan pertumbuhan ekonomi. Strateginya dititikberatkan pada sektor pertanian dan industri yang emnunjang sektor pertanian

Alasan dasar penekanan strategi Repelita I adalah bahwa sebagai kelanjutan langkah-langkah pemerintah orde baru, sejumlah ketetapan yang bersifat prinsipiil telah dihasilkan dalam sidang MPRS tahun 1966 tentang pembaruan dibidang ekonomi dan pembangunan (TAP MPRS No. XXIII/MPRS/1966). Tugas utama Orde Baru adalah menghentikan proses kemerosotan ekonomi dan membina landasan yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi kearah yang wajar.Untuk melaksanakan tugas itu program jangka pendek diarahkan pada pengendalian inflasi, rehabilitasi sarana ekonomi, peningkatan kegiatan ekonomi dan pencukupan sandang yang telah dilakukan. Dan dirasakan cukup berhasil, khususnya dalam hal pengendalian inflasi. Setelah perekonomian dapat stabil maka ekspansi ekonomi sebagai cerminan pembangunan ekonomi dilakukan melalui tahap-tahap atau perencanaan tertentu.

Penekanan pada sektor pertanian dipilih karena sebagian besar penduduk Indonesian (80%) tinggal di pedesaan dan bermata pencaharian di bidang pertanian (termasuk kehutanan, perkebunan, perikanan, dan peternakan). Ini berarti sektor pertanian memeberi sumbangan terbesar baik bagi penerimaan devisa maupun dalam menyediakan lapangan pekerjaan. Lebih dari itu sektor pertanian yang merupakan sumber bahan baku bagi sektor industri perlu diamankan terlebih dahulu.Penekanan kegiatan pada sektor pertanian juga dilandasi pada kenyataan bahwa Indonesia yang dikenal memiliki alam yang subur itu masij juga mengimpor beras yang berarti memboroskan devisa. dengan demikian, Repelita I menetapkan sektor pertanian sebagai leading sector pembangunan ekonomi di Indonesia yang diharapkan akan mampu menarik dan mendorong sektor-sektor kegiatan ekonomi lainnya, khususnya sektor industri yang enunjang sektor pertanian seperti pabrik pupuk, insektisida serta prasarana ekonomi lainnya seperti sarana angkutan.

Strategi dasar Repelita I tersebut kemudian dijabarkan pada rencana anggaran pengeluaran pembangunan di mana sebagian besar dana dialokasikan pada bidang ekonomi, yaitu 72,28%, khususnya untuk sektor pertanian dan irigasi, sektor perhubungan dan pariwisata, industri dan pertambangan serta sektor pedesaan. Sektor-sektor diluar ekonomi seperti bidang sosial (pendidikan, kesehatan) dan bidang umum (pertahanan, keamanan) masing- masing memperoleh 16,25% dan 5,4%.

Dalam rangka menunjang strategi dasar tersebut, pada tahun 1970 pemerintah Indonesia menetapkan kebijaksanaan baru di bidang perdagangan, ekspor-impor, dan devisa. Kebijaksanaan ini merupakan lanjutan dari kebijaksanaan oktober 1966 dan kebijakan juli 1968. Kebijaksanaan baru ini dikenal dengan kebijaksanaan 16 april 1970.

Sasaran Kebijakan Oktober 1966 adalah:

* Penertiban keuangan negara yang serba kalut.
* Pengaturan kembali urusan moneter dan dunia perbankan
* Memberikan kebebasan kepada dunia perdagangan yang terbelenggu oleh sistem "jatah" yang tidak wajar dan terbeku oleh peraturan berbelit yang mematikaninisiatif masyarakat.

Sasaran pokonya adalah membendung keganasan inflasi yang melanda indonesia. Kebijakan Juli 1968 mempunyai sasaran pokok:

* Penguasaan harga pangan, harga sandang, dan valuta asing.
* Penyediaan yang cukup bagi sarana-saran untuk peningkatan produksi dalam negeri, khususnya pangan dan sandang.
* Perbaikan prasarana yang menunjang proses produksi
* Perbaikan kelembagaan di bidang perdagangan, perbankan dan fiskal.

Sasaran kebijaksanaan April 1970:

* Lebih memperkuat stabilitas ekonomi.
* Mendorong ekspor untuk peningkatan penerimaan devisa
* Mendorong peningkatan produksi
* Mendorong dan memperlancar perdagangan
* Memperluas kegiatan ekonomi masyarakat yang berarti juga memperluas lapangan kerja.

Sasaran kebijakan ini antara lain :

* Memberi arah dan bimbingan yang lebih aktif lagi bagi kegiatan ekonomi masyarakat.
* Mendorong lebih kuat dan menunjang lebih besar lagi kelancaran usaha.
* Menggairahkan kerja
* Meningkatkan produksi, dan
* Memperluas kegiatan dalam masyarakat sendiri.

Perkembangan perekonomian pada periode ini cukup tinggi (kurang lebih 6,5% per tahun). Penyebabnya dalam banyak hal adalah adanya konsistensi kebijaksanaan dalam bidang moneter, fiskal, perdagangan. Selain itu pengaruh luar negeri seperti permintaan terhadap minyak yang relatih baik dan harga minyak juga cukup baik, memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan perekonomian pada periode Repelita I ini.


SUMBER:
Suroso,P.C.1997. Perekonomian Indonesia.Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka

Strategi Pertumbuhan Ekonomi

1.Industrialisasi Versus Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian bersifat menggunakan teknologi padat tenaga kerja dan secara relatif menggunakan sedikit kapital; meskipun dalam investasi pada pembuatan jalan, saluran dan fasilitas pengairan, dan pengembangan teknologinya. Kenaikan produktivitas sektor pertanian memungkinkan perekonomian dengan menggunakan tenaga kerja lebih sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan yang sama. Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja dapat dipindahkan ke sektor industri tanpa menurunkan output sector pertanian. Di samping itu pembangunan atau kenaikkan produktivitas dan output total sektor pertanian akan menaikan pendapatan di sektor tersebut.

2.Strategi Impor Versus Promosi Ekspor
Stategi industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan membangun industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor. Alternatif kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor. Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau kegiatan produksi da dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar internasional. Strategi ini secara relatif lebih sukar dilaksanakan karena menuntut kerja keras agar bisa bersaing di pasar internasional.


3.Perlunya Disertivikasi
Usaha mengadakan disertivikasi bagi negara-negara pengekspor utama minyak dan gas bumi merupakan upaya mempertahankan atau menstabilkan penerimaan devisanya.

VI. ASPEK HUBUNGAN EKONOMI INTERNASIONAL DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI
A.Perluasan Perdagangan
Negara-negara maju telah berkembang merupakan sumber atau pensupplai barang-barang kapital. Di samping itu mereka juga merupakan pasar yang luas dan cukup besar yang membeli ekspor hasil-hasil pertanian, pertambangan, bahan mentah, ataupun barang-barang manufaktur oleh negara-negara sedang berkembang. Penurunan harga di pasar dunia akan bahan-bahan mentah produk pertanian ataupun hasil pertambangan akan sama seperti halnya turunnya harga minyak bumi ataupun harga tembaga di pasaran internasional.

B.Aliran Penanaman Modal (Investasi) Asing
Aliran kapital atau investasi asing dari luar negeri baik oleh sector pemerintah maupun swasta asing dapat merupakan suplemen atau pelengkap bagi usaha pemecahan lingkaran setan kemiskinan. Penanaman modal asing banyak bergerak di sektor eksplorasi sumber alam berupa pertambangan, kehutanan, perikanan, dan juga di sektor manufacturing. Swasta asing yang melakukan investasi umumnya merupakan perusahaan besar multinasional.
C.Bantuan Luar Negeri Berupa Hadiah dan Pinjaman
Bantuan asing bisa diberikan secara langsung atau melalui lembaga keuangan internasional. Contoh bantuan langsung berupa hadiah atau pinjaman yang diberikan oleh US-AID (United State Agency for International Development), suatu lembaga bantuan luar negeri pemerintah Amerika Serikat, atau dari badan-badan luar negeri yang serupa dari negara-negara maju telah berkembang lainnya.

Ekonomi Pancasila

KONSEP DASAR EKONOMI PANCASILA

Oleh:
R. Gunawan Sudarmanto

PENDAHULUAN

Sejak Pancasila diterima sebagai satu-satunya asas hidup bermasyarakat, berbang-

sa dan bernegara, maka secara Ideologi kehidupan bangsa sudah mantap dan tentram,

suatu suasana kehidupan yang amat membantu menc'iptakan kegairahan kehidupan bangsa

da lam berbagai aspeknya. Pada saat itu pemikiran-pemikiran konseptual tentang Ekono-

mi Pancasila yang mulai berkembang sejak tahun 1980 semakin lugas dibahas, baik

oleh Para pakar maupun orang-orang praktek. Hingga perkembangannya pada era tersebut

DPR RI dan DPA juga semakin serius membahas tentang Ekonomi Pancasila, khususnya

dalam kaitan dengan penjabaran pengertian demokrasi ekonomi.

Semenjak era reformasi pada tahun 1997/1998 hingga saat ini pembicaraan tentang

Pancasila sangat jarang terdengar di kalangan masyarakat bahkan dapat dikatakan tidak

pernah lagi terdengar pembicaraan tentang Ideologi Pancasila, apalagi tentang Ekonomi

Pancasila. Kenyataan ini sangat memprihatinkan, Pancasila yang dipandangnya sebagai

Ideologi Negara tetapi sangat jauh dari kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernega-

ra. Kenyataan ini dapat dikatakan bahwa bangsa kita merupakan bangsa yang tidak berani

mengakui jati diri yang sebenarnya. Manusia diciptakan dalam berbagai bentuk bangsa

agar masing-masing memiliki jati diri sehingga dapat hidup dengan tenteram, damai, sejah-

tera, dan aman karena sesuai dengan jati diri bangsa yang bersangkutan.

Pancasila sebagai Ideologi

Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan dan simbol-simbol sekelompok

masyarakat atau satu bangsa yang menjadi pegangan dan pedoman kerja (atau per-

juangan) untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa itu. Pancasila yang merupakan

jiwa dan pandangan hidup bangsa telah dianggap mampu membawa seluruh bangsa Indo-

nesia menuju ke arah kehidupan yang merdeka, bersatu, dan berdaulat, meskipun belum

sepenuhnya mencapai tahap masyarakat yang adil dan makmur, yang tata tentrem karta

1
Apabila dalam teori ekonomi barat (Klasik—Neoklasik—Keynesian) diasumsikan

bahwa hakekat manusia adalah egois dan selfish, dalam teori ekonomi “Timur” (Marxian)

manusia dianggap bersemangat kolektif. Dalam amsyarakat Pancasila manusia mencari

keseimbangan antara hidup sebagai pribadi dan sebagai warga masyarakat, materi dan rok-

hani. Manusia Pancasila yang Berketuhanan Yang Maha Esa, selain homo-economicus,

sekaligus homo-metafisikus dan homo musticus. Jadi dalam ekonomi Pancasila tidak

hanya dilihat dari satu segi instink ekonominya tetapi sebagai manusia seutuhnya. Sebagai

manusia yang utuh ia berfikir, bertingkah laku, dan berbuat tidak hanya berdasar rangsang-

an ekonomi saja tetapi juga oleh faktor-faktor sosial dan moral. Faktor sosial dalam hu-

bungannya dengan manusia lain dan masyarakat dan faktor moral dalam hubungannya se-

bagai titah Tuhan dengan penciptanya.

Bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dan bertahan sebagai sutau bangsa kare-

na memiliki sistem nilai/falsafah dasar bangsa Indinesia yang menjadi Ideologi bangsa yai-

tu Pancasila. Pancasila telah disepakati menjadi falsafah dasar, sebagai pandangan dan pe-

gangan hidup bangsa, sehingga menjadi moral kehidupan bangsa, menjadi ideologi yang

menjiwai peri kehidupan bangsa baik sosial, budaya, ekonomi, politik, dan hankam.

Pancasila sebagai Ideologi Ekonomi

Istilah “Ekonomi Pancasila” baru muncul pada tahun 1967 dalam suatu artikel Dr.

Emil Salim. Ketika itu belum begitu jelas apa yang dimaksud dengan istilah Ekonomi Pan-

casila. Istilah Ekonomi Pancasila menjadi lebih jelas ketika pada tahun 1979, Emil Salim

membahas kembali yang dimaksud dengan “Ekonomi Pancasila”.

Ekonomi Pancasila merupakan ilmu ekonomi kelembagaan (institutional econom-

ics) yang menjunjung tinggi nilai-nilai kelembagaan Pancasila sebagai ideologi negara,

yang kelima silanya, secara utuh maupun sendiri-sendiri, menjadi rujukan setiap orang In-

donesia. Jika Pancasila mengandung 5 asas, maka semua substansi sila Pancasila yaitu (1)

etika, (2) kemanusiaan, (3) nasionalisme, (4) kerakyatan/demokrasi, dan (5) keadilan so-

sial, harus dipertimbangkan dalam model ekonomi yang disusun. Kalau sila pertama dan

kedua adalah dasarnya, sedangkan sila ketiga dan keempat sebagai caranya, maka sila ke-

lima Pancasila adalah tujuan dari Ekonomi Pancasila

Ideologi Ekonomi Pancasila adalah "aturan main" yang mengikat setiap pelaku

ekonomi, yang apabila dipatuhi secara penuh akan mengakibatkan tertib dan teratur-

nya perilaku setiap warga negara. Dan ketertiban serta keteraturan perilaku ini

pada gilirannya akan menyumbang pada kemantapan dan efektifitas usaha perwu-

judan keadilan sosial.

2
Sebagaimana kita pahami bersama, bahwa moralitas teori ekonomi Adam

Smith adalah kebebasan (liberalisme), dan moralitas teori ekonomi Marx ada-

lah diktaktor mayoritas kaum "proletar", maka moralitas ekonomi Pancasila

mencakup seluruh asas Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan, Persa-

tuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial. Pancasila sebagai dasar negara dapat dite-

rapkan dalam kehidupan ekonomi bangsa, negara, dan masyarakat. Sila-sila yang ter-

dapat pada Pancasila sudah seharusnya menjadi dasar pelaksanaan perekonomian Bangsa

Indonesia dan tidak perlu ditawar-tawar lagi. Pancasila sebagai dasar negara sangat sesuai

dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia. Oleh karenanya nilai-nilai yang terkan-

dung pada Pancasila harus nyata kita tampakkan dalam segala aspek kehidupan sebagai jati

diri bangsa Indonesia. Hanya bangsa yang memiliki jati diri luhurlah yang akan memiliki

martabat yang tinggi sebagaimana yang pernah kita rasakan beberapa waktu lalu sebelum

reformasi.

Pelaksanaan Sila-sila Pancasila dalam Ekonomi

Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa Pancasila sebagai dasar

negara, maka sila-sila yang terdapat pada Pancasila dapat diterapkan dalam

kehidupan ekonomi bangsa, negara, dan masyarakat sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa. Menunjukkan bahwa pola perekonomian dige-

rakkan oleh rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial, dan moral yang sangat tinggi,

yaitu moral manusia yang beragama sehingga para pelaku ekonomi tidak akan semena-

mena karena adanya pengawas tunggal, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Ada kehendak kuat dari seluruh masyara-

kat untuk mewujudkan pemerataan-pemerataan sosial (egalitarian), sesuai asas-asas ke-

manusiaan.

3. Persatuan Indonesia. Prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan

perekonomian nasional yang tangguh. Ini berarti nasionalisme menjiwai se-

tiap kebijaksanaan ekonomi.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawara-

tan/Perwakilan. Koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan meru-

pakan bentuk paling kongkrit dari usaha bersama.

5. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Hal ini menunjukkan pada

adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat na-

sional dengan desentralisasi dalam pelaksanaan kebijaksanaan ekono mi un-

tuk mencapai keadilan ekonomi dan keadailan sosial.

3
Aturan main yang diturunkan dari setiap sila dalam Pancasila kita bisa

melihat sejauh mana aturan main tersebut telah bisa ditegakkan dalam masya-

rakat. Misalnya dalam sila Persatuan Indonesia kita bisa meneliti setiap kasus

kebijakan ekonomi yang hendak diambil, apakah akan menyumbang atau ti-

dak pada peningkatan ketangguhan atau ketahanan ekonomi nasional.

spesifik lagi bisa diambil contoh apakah setiap utang baru atau kerja sama eko-

nomi dengan negara lain bisa menyumbang atau sebaliknya mengancam ke-

tangguhan dan ketahanan ekonomi nasional.

Menurut Boediono (mantan Menkeu RI), sistem Ekonomi Pancasila dicirikan oleh

lima hal sebagai berikut:

(1) Koperasi adalah sokoguru perekonomian nasional

(2) Manusia adalah “economic man” sekaligus “social and religious man”.

(3) Ada kehendak sosial yang kuat ke arah egalitarianisme dan kemerataan sosial.

(4) Prioritas utama kebijakan diletakkan pada penyusunan perekonomian nasional

yang tangguh.

(5) Pengandalan pada sistem desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan

ekonomi, diimbangi dengan perencanaan yang kuat sebagai pemberi arah bagi

perkembangan ekonomi seperti yang dicerminkan dalam cita-cita koperasi.

Pancasila, Etika Ekonomi, dan Dunia Bisnis

Dalam melaksanakan sistem ekonomi usaha bersama berdasar asas kekeluar-

gaan, kita mengenal tiga pelaku utamanya yaitu koperasi, usaha negara dan usaha

swasta yang masing-masing pelaku ekonomi mempunyai etika kerja sendiri-sendiri yang

berbeda satu dengan yang lain. Koperasi sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial

yang dibentuk oleh para anggotanya untuk melayani kepentingan mereka, yaitu

membantu memperjuangkan kepentingan mereka, khususnya dalam upaya me-

ningkatkan kesejahteraannya. Ini berarti misi dan etika kerja (perkumpulan)

koperasi adalah pelayanan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin kepada ang-

gota. Ukuran paling mendasar untuk menilai berhasil tidaknya koperasi adalah

manfaat pelayanan kepada anggota. Etika Ekonomi Pancasila bersumber pada

UUD 1945 khususnya Pasal 33 sebagai sistem ekonomi kekeluargaan, dan pada

Pancasila sebagai pedoman etik yang memberikan semangat dan gerak pembangunan na-

Etika ekonomi usaha negara hampir sama dengan etika ekonomi koperasi

yaitu melayani tetapi sekaligus melindungi kepentingan umum. Orientasi pada

4
pelayanan dan perlindungan kepentingan umum inilah misi utama usaha negara

atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Inilah yang terkandung dalam pengertian ca-

bang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang

banyak, harus dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara maksimal

(sebesar-besar kemakmuran rakyat ). Etika ekonomi usaha swasta adalah memproduksi

dan menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat, dengan mengambil keuntung-

an uang dari kegiatan dan usahanya itu. Usaha swasta berkembang karena ada

keuntungan yang bisa diperoleh dan dipupuk.

Apabila wawasan ekonomi Pancasila sudah kita terima sebagai satu-satunya

pegangan etik sistem dan kebijaksanaan pembangunan nasional, maka bisa berubah

menjadi acuan nasional yang harus dipatuhi oleh setiap warga negara. Hadiah dan

sangsi atas pelaksanaan atau pelanggaran aturan etik memang bersifat etik pula, yang

pengawasannya tidaklah bisa dilakukan oleh aparat negara dan pemerintah saja.

Pengawasan ini harus melekat pada hakekat moral masyarakat bangsa secara keselu-

ruhan baik dalam kelompok-kelompok kecil maupun kelompok besar.

Ekonomi Pancasila sebagai ilmu ekonomi kelembagaan (institutional economics)

yang menjunjung tinggi nilai-nilai kelembagaan Pancasila mengandung 5 asas yang mana

semua substansi sila Pancasila yaitu (1) etika, (2) kemanusiaan, (3) nasionalisme, (4) ke-

rakyatan/demokrasi, dan (5) keadilan sosial, harus dipertimbangkan dalam model ekonomi

yang disusun. Disinilah kelima sila diatas menjadi substansi etika dalam Ekonomi Pancasi-

la. Kalau sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi landasan rangsangan moral maka sila

2 sampai 5 menjadi landasan rangsangan sosial ekonomika etik Ekonomi Pancasila. Eko-

nomi Pancasila dengan kata lain merangkum secara tepat dua elemen utama pencapaian

kesejahteraan ekonomi.

Konsep ekonomika etik ekonomi Pancasila oleh Mubyarto dalam bukunya Sistem

dan Moral Ekonomi Pancasila dicirikan sebagai berikut: (1) Roda perekonomian digerak-

kan oleh rangsangan ekonomi, moral dan sosial. (2) Ada kehendak kuat dari seluruh ang-

gota masyarakat untuk mewujudkan keadaan kemerataan sosial ekonomi. (3) Prioritas ke-

bijaksanaan ekonomi adalah pengembangan ekonomi nasional yang kuat dan tangguh,

yang berarti nasionalisme selalu menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi. (4) Koperasi me-

rupakan soko guru perekonomian nasional. (5) Adanya imbangan yang jelas dan tegas an-

tara sentralisme dan desentralisme kebijaksanaan ekonomi untuk menjamin keadilan eko-

nomi dan keadilan sosial dengan sekaligus menjaga efisiensi dan pertumbuhan ekonomi.

Ekonomi Pancasila Sebagai Ekonomi Moral

5
Sistem Ekonomi Pancasila memiliki empat ciri yang menonjol, yaitu (1) Yang

menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah. Contoh hajad hidup

orang banyak yakni seperti air, bahan bakar minyak / BBM, pertambangan / hasil bumi,

dan lain sebagainya. (2) Peran negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu ju-

ga dengan peranan pihak swasta yang posisinya penting namun tidak mendominasi. Se-

hingga tidak terjadi kondisi sistem ekonomi liberal maupun sistem ekonomi komando. Ke-

dua pihak yakni pemerintah dan swasta hidup beriringan, berdampingan secara damai dan

saling mendukung. (3) Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi

dilakukan oleh semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat.

(4) Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari atas asas ke-

keluargaan antar sesama manusia.

Dalam sistem ekonomi pancasila perekonomian liberal maupun komando harus di-

jauhkan karena terbukti hanya menyengsarakan kaum yang lemah serta mematikan kreati-

fitas yang potensial. Persaingan usaha pun harus selalu terus-menerus diawasi pemerintah

agar tidak merugikan pihak-pihak yang berkaitan.

Ekonomi Pancasila mempunyai sistem dan moral tersendiri yang bisa dikenali,

dan sifat-sifat sistem serta moral ekonomi Pancasila telah melandasi atau menjadi pedo-

man aneka perilaku ekonomi perorangan, kelompok-kelompok dalam masyarakat,

pengusaha, pemerintah, dan negara. Sistem serta moral yang dimaksud bersumber

pada ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Kelima sila dalam Pancasila meng-

gambarkan secara utuh semangat kekeluargaan (gotong royong) dalam upaya mewujud-

kan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat dan masyarakat Indonesia.

Ekonomi Indonesia lebih menonjol sebagai ekonomi moral bukan ekonomi

yang terlalu rasional. Ekonomi Pancasila menjunjung tinggi asas keadilan sosial bagi

seluruh rakyat, rupanya apabila harus memilih antara keadilan sosial dan efisiensi, kita

akan cenderung mengorbankan efisiensi. Efisiensi sebagai lawan keadilan rupanya

analog dengan dilema (trade off) antara pertumbuhan dan pemerataan. Masyara-

kat Indonesia cukup cepat bereaksi menginginkan pemerataan pada waktu Pelita I ber-

hasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang kemudian ternyata diikuti me-

ningkatnya ketimpangan ekonomi yang menyolok.

Kiranya jelas bahwa ekonomi Pancasila harus kita akui sudah melekat pada

sistem nilai dan budaya bangsa Indonesia.

mengikis habis sifat-sifat irrasional yang tercermin dalam efisiensi dan produkti-

vitas yang rendah, pada akhirnya kita menghadapi "tantangan" berupa moral

6
ekonomi bangsa yang tidak sepenuhnya bersifat negatif. Dalam hati nurani seba-

gai bangsa masih selalu terselip.perasaan was-was jangan-jangan pengambilan pilihan

yang semata-mata rasional justru akan merugikan dalam jangka panjang dan akhirnya

akan kita sesali.

Masa Depan Ekonomi Pancasila di tengah Arus Dehumanisasi di Era Globalisasi

Kiranya sudah saatnya untuk merumuskan kembali etos global berupa konsensus

mendasar tentang nilai-nilai, norma-norma, dan sikap-sikap tertentu yang dilandasi oleh

prinsip humanum, hakikat manusia. Hal itu dilakukan demi kedamaian umat manusia di-

tengah ancaman globalisasi yang menonjolkan nilai-nilai individualisme dan menggerus

nilai-nilai humanisme. Ini merupakan bel pengingat bahwa etika saat ini mengalami gem-

puran luar biasa dari arus besar nilai-nilai individualisme yang memboncengi persebaran

ideologi kapitalisme dan liberalisme. Individualisme yang mengakar dalam kejatian diri

manusia disinyalir bisa mendorong akumulasi nilai-nilai dehumanisasi karena semangat

egoisme sebagaimana terangkum dalam idiom Betawi elo-elo gua-gua menjadikan manu-

sia tidak peduli satu sama lain dan mau menang sendiri yang lambat laun akan membentuk

pola pikir berupa tidak mau memanusiakan sesama manusia lainnya.

Sebagai sebuah wacana yang terus diupayakan perwujudannya, konsep ekonomika

etik saat ini mengalami tantangan berat dalam merealisasikannya. Mainstream pemikiran

ekonomi kini yang sangat liberal dan kapitalistik kian meminggirkan nilai-nilai etika ke-

manusiaan dalam praktek ekonominya. Hal inilah yang menjadikan agenda memasyara-

katkan ekonomika etik berbasis Pancasila di bumi Indonesia tidaklah semudah membalik-

kan telapak tangan. Banyak rintangan yang akan bermunculan dari pihak-pihak yang diun-

tungkan dengan bertahtanya sistem ekonomi kapitalisme selama ini.

Mungkinkah ekonomika etik bertahta di Indonesia dan menjadi acuan bersama pe-

laksanaan ekonomi nasional? Segala kemungkinan hingga kini masih terbuka lebar. Ada

banyak cara membangkitkan kesadaran pentingnya berekonomi secara etik yang dalam

perwujudannya merupakan bentuk dari Ekonomi Pancasila. Salah satunya melalui revitali-

sasi budaya bangsa Indonesia yang didominasi nilai-nilai komunalisme dan kebersamaan

yang kemudian dipadukan dengan pelaksanaan sistem ekonomi. Nilai kegotongroyongan

dan kekeluargaan yang menjadi etika masyarakat Indonesia yang terhimpun dalam berba-

gai ragam tradisi dan adat masyarakat bisa ditransformasikan tidak hanya dalam berbudaya

namun juga dalam berekonomi. Tidaklah keliru jika Indonesia perlu belajar dari keberhasi-

lan Korea Selatan yang sukses mentransformasikan nilai-nilai budaya yang berangkat dari

tiga prinsip: rajin, mandiri, dan gotong royong untuk menjadi sebuah gerakan nasional be-

rupa Saemaul Undong yang mengantarkan kesuksesan Korea Selatan di bidang ekonomi

dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.



Sumber: http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:TxWBTanQqMkJ:blog.unila.ac.id/radengunawans/files/2010/07/Makalah-Filsafat-Ilmu.pdf+ekonomi+pancasila+adalah&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESjUrzkrl0btgW6uR-Q5CDw4U9znit3Wcgto4O4rQXovQBdopo2MsIPVdV_X4BSIB2nMYgtwG-34P1wQt8nutSisSjot3UB1_HBmUIw4O6qV96Iw88Hs0jQY2lZwGTif1As_Hc3M&sig=AHIEtbQeg5_nzPZLhtDjvluwhIQNak-V3A

Ekonomi Sosialis

Sedikit tentang Ekonomi Sosialis

Harga-harga sumber-sumber daya/ barang-barang dan jasa-jasa ditetapkan oleh pemerintah (sistem subsidi besar-besaran). Gaji dan upah sangat rendah dibandingkan dengan gaji atau upah negara-negara dengan sistem kapitalis. Pemerintah memberikan subsidi dalam bentuk sewa apartemen, harga barang dan sebagainya. Kaum sosialis sangat mementingkan pemerataan dalam distribusi pendapatan yang dituangkan dalam slogan "sama rata, sama rasa".
Dalam prakteknya teori ini sulit dilaksanakan. Dalam pemberian imbalah harus ada perbedaan. Contoh penyapu jalan dan dokter spesialis. Agar motif berprestasi dapat tetap dipertahankan. Pada dasarnya apa yang baru saja dibicarakan berhubungan dengan masalah EQUITY (keadilan). Asas keadilan : apa yang berprestasi lebih mendapatkan penghasilan lebih.

"To Each According to His Needs and to Each According to His Ability"
Masing-masing anggota masyarakan mendapat output nasional sesuai dengan kedudukannya. Negara menjamin semua kebutuhan dasar rakyat. Masing-masing anggota masyarakan mendapat bagian output nasional sesuai dengan kemampuannya.

Hak milik privat ditiadakan oleh pemerintah. Pemerintah penguasa tunggal sumberdaya ekonomi dan harta kekayaan (tindakan nasionalisme). Pada perekonomian sosialis sumber daya ekonomi dikuasai oleh pemerintah, digunakan untuk memproduksi barang dan jasa.

Perniagaan luar negeri = monopoli negara, Hanya badan-badan pemerintah yang boleh melakukan perdagangan internasional. Government to Government, Pengusaha swasta dengan pengusaha swasta, pengusaha ke pemerintah atau pemerintah ke pengusaha swasta.


Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/international-business/1915077-pemerintahan-dan-ekonomi-sosialis/#ixzz1FA3fwjxu

Ekonomi Liberal

SISTEM EKONOMI PASAR (LIBERAL)

System ekonomi pasar dikemukakan oleh Adam Smith yang dimuat dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the wealth of Nation.
Cirri system ekonomi pasar adalah sebagai berikut :
a. Setiap individu bebas memiliki barang dan alat-alat produksi.
b. Kegiatan ekonomi di semua sector dilakukan oleh pihak swasta
c. Pemerintah tidak ikut campur tangan dalam kegiatan ekonomi.
d. Modal memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi.
e. Setiap orang diberi kebebasan dalam memakai barang dan jasa
f. Semua kegiatan ekonomi didorong oleh prinsip laba.
g. Berlakunya persaingan secara bebas.
Kebaikan system ekonomi pasar adalah :
a. Adanya persaingan mendorong manusia atau individu untuk terus maju dan bertindak secara efektid dan efisiien.
b. Tiap-tiap individu bebas memilih pekerjaan yang disukai sesuai dengan minat dan bakatnya.
c. Produksi didasarkan atas kebutuhan masyarakat.
d. Kebebasan memilih alat-alat produksi dan modal.
Keburukan system ekonomi pasar adalah :
a. Persaingan dapat menyebabkan terjadinya penindasan dan monopoli.
b. Karena motif memperoleh laba, tiap-tiap individu hanya mementingkan diri sendiri sehingga pemerataan pendapatan sulit dicapai atau tidak merata.
c. Sulit menghindarkan naik turunnya kehidupan ekonomi sehingga krisis ekonomi lebih mungkin sering terjadi.
d. Timbulnya dampak imbasan.

Ada lima institusi pokok yang membangun sitem ekonomi pasar (liberal), yakni :
a.Hak kepemilikan.
Sebagian besar hak kepemilikan dalam sistem ekonomi liberal(pasar) adalah hak kepemilikan swasta/individu (private/individual property), sehingga individu dalam masyarakat liberal kapitalis lebih terpacu untuk produktif.
b.Keuntungan.
Keuntungan (profit) selain memuaskan nafsu untuk menimbun kekayaan produktif, juga merupakan bagian dari ekspresi diri, karena itu keuntungan dipercaya dapat memotivasi manusia untuk bekerja keras dan produktif.
c.Konsumerisme.
Konsumerisme sering diidentikkan dengan hedonisme yaitu falsafah hidup yang mengajarkan untuk mencapai kepuasan sebesar-besarnya selama hidup di dunia. Tetapi dalam arti positif, konsumerisme adalah gaya hidup yang sangat menekankan pentingnya kualitas barang dan jasa yang digunakan. Sebab tujuan akhir dari penggunaan barang dan jasa adalah meningkatkan nilai kegunaan (utilitas) kehidupan. Sehingga masyarakat liberal kapitalis terkenal sebagai penghasil barang dan jasa yang berkualitas.
d.Kompetisi.
Melalui kompetisi akan tersaring individu-individu atau perusahaan-perusahaan yang mampu bekerja efisien. Efisiensi ini akan menguntungkan produsen maupun konsumen, atau baik yang membutuhkan (demander) maupun yang menawarkan (supplier).
e.Harga.
Harga merupakan indikator kelangkaan, jika barang dan jasa semakin mahal berarti barang dan jasa tersebut semakin langka. Bagi produsen, gejala naiknya harga merupakan sinyal untuk menambah produksi agar keuntungan meningkat.


Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/2003961-sistem-ekonomi-pasar-liberal/#ixzz1FA2FYXOu

Ekonomi Terpimpin

Sejarah Singkat Bung Hatta Sebagai Pemrakarsa Ekonomi Terpimpin.
Ekonomi terpimpin, kata itu bagi sejarahwan mungkin sudah tidak asing lagi. Pendirinya adalah Mohammad Hatta yang akrab disapa dengan sapaan Bung Hatta. Selain dikenal sebagai proklamator dan pendiri bangsa, beliau juga dikenal sebagai bapak koperasi Indonesia dan bapak ekonomi Indonesia. Selama beliau hidup, beliau banyak mengabdikan waktunya untuk membaca buku. Sejarah telah mencatat bahwa beliau telah mempunyai koleksi lebih dari 10.000 buku yang berbahasa Jerman, Inggris, Perancis dan tentunya Indonesia.



Bung Hatta telah memulai untuk mengoleksi buku sejak beliau masuk sekolah dagang menengah Prins Hendrik School (PHS) di Jakarta pada tahun 1919. Seperti tertulis di dalam buku memoarnya yang diterbitkan ulang tahun 2002, Bung Hatta telah mulai mengoleksi buku sejak ia masuk sekolah dagang menengah Prins Hendrik School (PHS) di Betawi tahun 1919. Ketika itu ia diajak pamannya, Mak Etek Ayub, singgah di sebuah toko buku antiquariat di daerah Harmoni. Mak Etek Ayub menunjukkan kepada Hatta beberapa buku yang dianggapnya penting untuk dibaca. Buku-buku tersebut adalah Staathuishoudkunde (Ekonomi Negara) dua jilid karya NG Pierson, De Socialisten (Kaum Sosialis) enam jilid yang ditulis HP Quack, serta karya Bellamy berjudul Het Jaar 2000 (Tahun 2000).
Ternyata, persoalan yang paling diminati oleh Bung Hatta ialah persoalan seputar tentang ekonomi, sehingga beliau berhasil membuahkan sebuah pemikiran ekonomi di Indonesia seperti ekonomi terpimpin. Sayangnya, di saat ini jarang sekali orang yang tertarik untuk menggali kembali pemikiran-pemikiran Bung Hatta khususnya di bidang ekonomi. Pemikiran Bung Hatta dianggap telah kehilangan relevansinya.
Pengertian Ekonomi Terpimpin.
Ekonomi terpimpin secara istilah yang disebutkan Bung Hatta yaitu merupakan konsekuensi dan nasionalisme yang timbul sebagai bentuk dari perlawanan menentang kolonialisme dan imperialisme.
Prinsip ekonomi terpimpin sejalan dengan sila ke-5 pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dikarenakan adanya pemerataan pembagian kesejahteraan di semua lapisan masyarakat dan mereka dapat merasakannya.
Ekonomi terpimpin serupa dengan ekonomi sosialis. Menurut Bung Hatta ekonomi terpimpin merupakan rival dari sistem ekonomi liberal. Dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pihak pasar, sedangkan pemerintah tidak boleh campur tangan dalam hal tersebut. Atau juga ikut andil dalam mengatur keadaan pasar sehingga peraturan tersebut tidak memberikan gerak bebas bagi pasar.
Ekonomi Liberal dan Dampak Yang Terjadi Bagi Masyarakat.
Jika kita lihat lagi dampak yang ditimbulkan dari adanya ekonomi liberal, dengan demikian maka ketimpangan ekonomi, kesemena-menaan dan kesenjangan sosial akan terjadi. Karena yang kaya akan semakin menjadi kaya sedangkan yang miskin akan semakin menjadi miskin karena tidak adanya pemerataan ekonomi di seluruh lapisan masyarakat. Fakta lapangan telah mengatakan bahwa peran liberal hanya dimiliki oleh sekelumit orang saja yang mampu bertahan dalam keadaan tersebut yaitu pemilik modal, singkat kata merekalah pemilik modal, yang memonopoli pasar.
Demikian juga, kebijakan ekonomi Indonesia yang sedikit menganut ekonomi liberal dan tidak tegas yang hanya menguntungkan daerah kaya atau maju tetapi juga mengutungkan orang kaya. Misalnya saja terutama di masa Orde Baru kita melihat bagaimana konglomerat kalau meminjam uang dalam jumlah besar di bank tidak diwajibkan memiliki jaminan atau agunan, sementara pedagang kecil kalau pinjam uang di bank harus memenuhi macam-macam agunan dan kewajiban yang sulit dipenuhi.
Coba kalau kita berkaca kepada sebagian negara yang menggunakan asas ekonomi liberal seperti Amerika Serikat, maka ketidakmerataan pendapatan dalam penduduknya akan dapat sering anda lihat, sekalipun Amerika Serikat tergolong negara yang maju. Para pemilik modal dan jutawan tenar layaknya Donald Trump dan Bill Gates, keduanya akan mampu bertahan dan bahkan terus menguasai, mendominasi dan memonopoli pasar. Sedangkan masyarakat kalangan bawah dan menengah dipastikan akan menjadi korbannya.
Contoh bukti praktek ekonomi liberal di negara kita yang gamblang dapat kita lihat yaitu pada proyek minyak blok Cepu yang pada akhirnya infestor asing (Exxon Mobile) berhasil mengungguli Pertamina selaku perusahaan negara. Belum lagi Freeport di Papua yang dikuasai Infestor asing dari Amerika. Akibatnya eksploitasi tersebut hanya menguntungkan pihak infestor saja, sedangkan mereka tidak memperdulikan Indonesia selaku pemilik bahan bakunya.
Hal ini terjadi karena kurangnya adanya ketegasan dari pihak Indonesianya sendiri. Pemerintah takut akan resiko yang akan dihadapinya jika melaksanakan kebijakan yang dirasa akan merugikan pihak asing.
Dengan demikian jika kita lihat dari contoh di atas maka keadilan sosial tidak akan tercapai dan jauh dari prinsip nasionalisme yang menjunjung tinggi asas keadilan sosial untuk masyarakatnya.
Lain halnya dengan ekonomi terpimpin yang condong mengadopsi pemikirannya dengan pemikiran ekonomi sosialis. Ekonomi terpimpin mempunyai sistem bahwa pemerintah harus turut aktif dalam kegiatan ekonomi.
Keunggulan Ekonomi Terpimpin.
Dalam konteks ini, kita bisa mengingat apa yang pernah ditulis Hatta pada saat dia masih berusia 26 tahun dan masih berstatus sebagai mahasiswa (ditulis Maret 1928). Begini ia menulis waktu itu: “Pemerintah harus banyak campur tangan dalam pelaksanaan Ekonomi Terpimpin dengan mengadakan petunjuk, tetapi harus bebas dari perbuatan birokrasi. Dalam pelaksanaan ekonomi yang berpedoman kepada prinsip murah, lancar, dan cepat, tidak ada yang lebih berbahaya dari pada birokrasi."
Dan juga pemerintah selayaknya turut pula memberikan aturan-aturannya. Supaya terciptanya pemerataan ekonomi di semua kalangan masyarakat, sehingga yang kaya tidak semakin kaya sedangkan yang miskin tidak semakin miskin.
Coba kita kembali lagi berkaca kepada salah satu negara yang menggunakan sistem ekonomi sosialis seperti Republik Rakyat Cina. Maka kita akan melihat keadaan pendapatan masyarakatnya yang merata, sehingga tidak akan anda menjumpai permasalahan ketimpangan-ketimpangan ekonomi di negara ini, sekalipun negara ini negara yang mempunyai penduduk terbanyak di dunia.
Bahkan buktinya, kini negara Republik Rakyat Cina mampu menjadi negara urutan ketiga yang pertumbuhan ekonominya melesat pesat setelah urutan pertama diduduki oleh Uni Eropa dan posisi urutan kedua diduduki oleh India.
Dari contoh di atas, dengan itu keadilan sosial untuk rakyat niscaya akan tercapai, keadaan ekonomi akan bertambah baik dan kemajuan untuk negara akan diraih. Seperti yang sering digembar-gemborkan oleh Pancasila dalam silanya yang ke-5 yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” yang akan mengantarkan negara untuk memenuhi keadilannya dalam membagi kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dengan ini maka cita-cita nasionalisme akan tercapai. Berbicara masalah jenisnya, ekonomi terpimpin dibagi menjadi enam jenis, yaitu:
1. Ekonomi terpimpin menurut ideologi komunisme.
2. Ekonomi terpimpin menurut pandangan sosialisme demokrasi.
3. Ekonomi terpimpin menurut solidaroisme.
4. Ekonomi terpimpin menurut faham kristen sosialis.
5. Ekonomi terpimpin berdasar ajaran Islam
6. Ekonomi terpimpin berdasarkan pandangan demokrasi sosial.
Yang pasti dari enam aliran ekonomi terpimpin itu kesemuanya itu menolak adanya kepentingan individu, yang mana kepentingan orang banyak akan terkalahkan oleh kepentingan segelintir orang tersebut. Hal ini justru benar-benar terlihat dari sistem ekonomi liberal yang hanya menguntungkan per-individu saja sedangkan masyarakat banyak yang lebih membutuhkannya malah kenyataannya terabaikan.
Ekonomi Terpimpin dan Nasionalisme.
Pada hakikatnya, adanya konsep ekonomi terpimpin itu disambungkan dengan adanya konsep nasionalisme. Jadi selayaknya ekonomi terpimpin yang paling layak digunakan demi terhubungnya dengan prinsip nasionalisme adalah ekonomi terpimpin yang berdasarkan atas asas sosialisme demokrasi, yang kedua asas ini terkait dengan Pancasila yang berlaku sebagai landasan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Nasionalisme merupakan bentuk atau cerminan dari gerakan yang mana gerakan tersebut memperjuangkan persatuan rakyat dan kesejahteraan rakyat. Nasionalisme lahir pada masa permulaan abad ke-20 sebagai reaksi atau bentuk perlawanan terhadap kolonialisme.
Selain itu nasionalisme juga mempunyai beberapa gagasan yang berguna untuk menentang aksi kolonialisme, yaitu:
Aspek Politik.
Yang bertujuan untuk menghilangkan praktek politik asing yang kurang baik dan menggantinya dengan sistem pemerintahan yang berdaulat kepada rakyat.
Aspek sosial ekonomi.
Yang bertujuan untuk memberantas eksploitasi ekonomi asing dan membangun masyarakat baru yang bebas dari kemiskinan dan kesengsaraan.
Aspek budaya.
Yang bertujuan untuk mengembalikan kepribadian bangsa yang harus disesuaikan dengan perubahan zaman seperti sekarang. Hal ini bertujuan untuk menyaring kelayakan budaya luar negeri yang masuk ke dalam Indonesia yang disesuaikan dengan berbagai macam pandangan-pandangan.
Jadi dengan berbagai penjelasan di atas, tentunya sudah kita lihat bahwa nasionalisme hanya pantas menggandeng dan disandingkan dengan sistem ekonomi terpimpin yang sesuai dengan prinsip-prinsipnya.
Ekonomi terpimpin yang bersifat sosialis bersifat membatasi dalam menyikapi antara keikutsertaan pihak pemerintah dan pihak individu dalam kegiatan ekonominya, keterlibatan adanya campur tangan pemerintah atau negara adalah dibatasi. Sedangkan bagi pihak individu atau pemilik modal juga tidak 100% keberadaannya dimusnahkan. Mereka tetap boleh mempunyai hak untuk bergabung. Hanya saja antara pihak pemerintah dan pihak individu dalam ruang lingkup ekonomi terpimpin sosialis dibatasi. Hal ini diberlakukan hanya untuk mengupayakan terlebih dahulu kepentingan dan kesejahteraan masyarakat banyak.
Menurut Lerner dalam bukunya The Economics of Control, sistem ekonomi terpimpin yang berasaskan sosialis telah memasukkan kedalamnya beberapa dari unsur-unsur ekonomi liberal. Menurutnya ekonomi liberal dan ekonomi sosialis dapat disatukan dan didamaikan menjadi “Welfare Economics”, yaitu sebuah bentuk dari kemakmuran ekonomi. Hal ini telah dipraktekkan di Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa setelah perang dunia I.
Pada sistem ekonomi terpimpin sosialis, ada hal yang harus dilaksanakan. Yang pertama ialah sumber ekonomi yang ada haruslah dikerjakan, supaya tidak adanya terbuka lahan baru untuk pengangguran akan tetapi membuka lahan baru untuk mencipitakan tenaga kerja.
Kedua, membagi hasil pendapatan dengan adil merata tanpa ada jatah hasil pendapatan yang lebih besar dikarenakan pangkat atau derajat. Dengan diterapkannya hal ini, maka kesenjangan sosial atas yang kaya dan yang miskin tidak akan terjadi, semua rakyat akan menikmati hasilnya. Tulisan lain yang ditulis Hatta tahun 1957 yang masih relevan dengan kondisi Indonesia saat ini adalah tentang Kemiskinan dan kesenjangan. Begini waktu itu dia menulis: ".... Miskin tetap miskin dengan tidak ada perspektif. Keadaan masyarakat kita sekarang hanya menyatakan pertentangan hebat antara si kaya dan si miskin . Antara sekelompok manusia yang hidup mewah dengan banyak orang yang tidak berada. Tidak sedikit pula rakyat yang hidup menderita..."
Data Bappenas yang diumumkan baru-baru ini menunjukkan, jumlah penduduk miskin di Indonesia saat ini naik menjadi 49,5 juta orang atau 24,23 persen dari seluruh jumlah penduduk Indonesia. Dari jumlah itu 31,9 juta orang berada di pedesaan dan 17,6 juta orang di perkotaan. Bila dilihat secara geografis maka 59 persen penduduk miskin ada di Pulau Jawa dan Bali, 16 persen di Sumatera, serta 25 persen menyebar di Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
Kalau dipertanyakan lagi dari keadaan yang terjadi sekarang ini, itu terjadi bukanlah karena Indonesia negara yang miskin. Akan tetapi keadaan ini terjadi karena salahnya kebijakan pemerintah yang diambil. Yang selalu berpihak pada posisi yang kaya, khususnya pada zaman orde baru.
Jadi apa yang diprihatinkan Hatta waktu itu ternyata sampai sekarang masih terjadi dan bahkan seperti telah diumumkan oleh Bappenas, jumlah orang miskin di Indonesia malah naik. Kesetaraan dalam lapisan masyarakat akan dapat diwujudkan, sehingga kesejahteraan di antara kalangan masyarakat akan dapat diraih secara keseluruhan.
Ketiga, bentuk dari pemonopolian dan peng-oligopolian harus dihapuskan dalam kegiatan ekonomi. Karena hanya akan menyebabkan kerugian di salah satu pihak. Dan juga hanya akan menimbulkan eksploitasi yang melampaui batas dan pemborosan ekonomi yang besar pula.
Bentuk Cita-cita Dari Ekonomi Terpimpin dan Demokrasi.
Telah dijelaskan bahwa ekonomi terpimpin adalah suatu sistem ekonomi yang berlandaskan atas nasionalisme dan demokrasi. Menurut master ekonomi Indonesia yaitu Bung Hatta, tujuan ekonomi terpimpin dalam bidang demokrasi ialah negara mampu mencapai kemakmuran bagi hidup rakyatnya. Tiada lagi salah satu rakyat dari suatu negara itu yang tidak mendapatkan kenikmatan dari makmurnya suatu negara itu.
Negara harus lebih mendahulukan kepentingan masyarakatnya terlebih dahulu daripada segelintir individu yang kepentingannya berbeda dengan rakyat. Akan tetapi individu tersebut tidaklah harus mutlak atau murni dihilangkan.
Secara umum cita-cita dari adanya ekonomi terpimpin ada empat, yaitu yang pertama untuk membuka lapangan kerja bagi kesemua lapisan masyarakat. Secara otomatis maka angka pengangguran akan terkurangi bukannya justru menutup lapangan kerja bagi kesemua lapisan masyarakat seperti yang dipraktekkan oleh ekonomi liberal. Intinya tiada lagi angka kemiskinan.
Yang kedua ialah adanya standarisasi hidup yang baik bagi masarakat banyak secara keseluruhan. Artinya dalam hal ini negara telah menjamin hidup masyarakatnya akan lebih baik dan sejahtera, seperti yang telah diidamkan mereka.
Cita-cita yang ketiga ialah semakin berkurangnya ketidaksamaan ekonomi dengan memperata kemakmuran. Dengan ini, negara tersebut akan tumbuh menjadi negara yang maju dan rakyatnya akan mampu mengagungkan nama harum negaranya di dunia internasional.
Cita-cita yang keempat ialah untuk terciptanya keadilan sosial. Sehingga tidak akan ditemukannya lagi ketimpangan-ketimpangan ekonomi dalam kesemua masyarakatnya, sehingga ketidak-adilan pada masa orde baru seperti perhatian terhadap status kekayaan pada seseorang akan terhapuskan. Hal ini jelas-jelas telah menyinggung hak asasi manusia dan tidak layak untuk dijadikan sebagai pegangan.
Harapan saya, Indonesia dalam kegiatan ekonominya mengikuti jejak ekonomi terpimpin. Dan Indonesia dapat berubah menjadi wujudnya yang sejahtera, masyarakat yang ada di dalamnya akan makmur sejahtera dan diakui kesejahteraannya oleh dunia Internasional, sehingga Indonesia tidak gampang diremehkan oleh negara lain seperti sekarang ini, baik dalam hal ekonomi maupun birokrasinya. Selain itu juga dapat mengambil kembali gelar Macan Asia yang sudah sempat terkembang pada zaman pemerintahan orde baru.

REFERENSI
Abdul Hadi WM. Diakses dari the Djalal center
Nugroho SBM, SE, MSP. Harian Suara Merdeka.

Mengenai Saya

saya hanya seorang manusia yang sedang belajar membuat blog saran dan kritik tolong ya hehe